Laman

2 Sep 2012

Tips Mencari Istri dalam Islam

tombosayah.blogspot.com     Setiap manusia normal pasti mencita-citakan membangun keluarga yang bahagia. Bagi umat Islam, kebahagiaan yang didamba adalah bahagia dunia akherat. Inti dari keluarga adalah adanya pernikahan. Pernikahan dalam Islam adalah penyatuan antara laki-laki dan perempuan menjadi satu ikatan (keluarga) melalui proses aqad nikah
(ijab qobul). Tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga yang sakinah (bahagia dunia akhirat).  Hikmahnya, dengan keluarga yang sakinah akan dapat beribadah kepada Allah dengan tenang dan melahirkan generasi yang baik (shaleh/shalihah). Yang pada akhirnya mampu membawa kita kepada kebahagiaan akhirat. Membangun keluarga diawali dari mencari jodoh, melakukan akad nikah, berjuang bersama dalam keluarga, dan hasilnya, mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah dan rohmah.. Lantas, bagaimana mencari jodoh dalam Islam? Bagi laki-laki muslim, bagaimana tips mencari istri dalam Islam?
Islam memberikan tuntunan dalam hal mencari jodoh. Karena tujuan pernikahan seperti halnya disebut di atas, maka jodoh yang akan mendampingi kita juga harus mempunyai kemampuan yang dirasa cukup untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut. Berikut ini tips mencari istri dalam Islam:

1. Carilah calon pasangan (istri) yang taat beragama.

     Salah satu pendukung ketenangan kita dalam beribadah adalah ketenangan dalam keluarga. Pasangan yang taat dalam beragama akan mampu memberikan ketenangan tersebut, karena visinya sama, yaitu taat dalam beragama, yang direalisasikan dengan menjalankan ibadah, dan menjadi pribadi yang shaleh/shalehah. Kriteria istri shalehah ialah:
  • rajin beribadah
  • menurut dan patuh kepada suami, karena suami itu adalah pemimpinnya
  • bisa menjaga kehormatan dirinya, suaminya dan keluarganya
  • bisa menjaga harta benda dan tidak boros
  • bisa mengurus anak
  • bisa mengurus pekerjaan rumah tangga
  • hormat kepada orangtua dan mertua
  • mau menerima calon suaminya itu apa adanya yang penting calon suaminya itu bertanggungjawab
  • bisa dan mau membantu suaminya untuk masalah perekonomian di dalam rumahtangganya
  • bisa menyenangkan hati suaminya
  • penuh perhatian baik terhadap suami maupun anak-anaknya
  • mampu memberikan keturunan
Semua itu haruslah merupakan bagian yang melekat pada pribadi seorang istri muslimah yang shalehah, dan harus seimbang. Seimbang bukan berarti sama banyak, tergantung dari hal-hal yang dibutuhkan dalam keluarga tersebut. Bagaimana dengan wanita yang tidak mampu memberikan keturunan (mandul), padahal kekurangan itu juga pemberian dari Allah? Selama wanita tersebut mempunyai kriteria lainnya di atas, hal tersebut tidak menjadi masalah, akan tetapi harus pula dibarengi dengan kesanggupan untuk dimadu, karena tujuan dan hikmah pernikahan salah satunya adalah melahirkan generasi yang  baik. Hal itu insya Allah akan di bahas dalam topik

2. Carilah calon pasangan (istri) yang baik nasabnya (keturunan dari orang tua/keluarga yang baik)
     Bila sudah mendapatkan calon istri seperti kriteria di atas, alangkah baiknya juga memperhatikan nasabnya. Apakah dia berasal dari nasab keluarga atau orang tua yang  baik-baik atau tidak. Nasab ini mempunyai makna luas, mencakup karakter individu, strata sosial, maupun genetik. Keluarga atau orang tua yang baik akan mempengaruhi karakter anak. Seperti kata pepatah; buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Bila orang tua baik anak akan cenderung baik, begitu pula sebaliknya.
     Nasab juga berpengaruh dalam pergaulan. Keluarga yang baik akan mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakatnya. Dalam hubungan sosial, keluarga yang baik akan dihormati oleh masyarakat. Dengan adanya kehormatan keluarga, akan mempermudah menjalin hubungan dengan orang lain, dan akan memperluas pergaulan. Hubungan sosial yang terjalin dengan baik, akan banyak membantu dalam pemecahan-pemecahan masalah keluarga.
     Secara genetik, manusia yang sehat (normal) secara umum akan melahirkan keturunan yang sehat juga, begitu juga sebaliknya. Dalam dunia kesehatan sendiri mengakui adanya beberapa penyakit yang sifatnya turunan, yaitu penyakit bawaan yang secara genetik menurun dari orang tuanya. Untuk itu faktor genetik juga perlu juga untuk diperhatikan.
     Meskipun demikian, banyak juga kasus yang menunjukkan kenyataan lain. Bisa saja seorang individu yang lahir dari keluarga/orang tua yang tidak baik, pada akhirnya ia menjadi pribadi yang sangat baik, atau ada juga individu yang tidak baik dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang baik. Karena karakter dan keadaan seorang individu tidak hanya dipengaruhi oleh keluarga/orang tua, tetapi ada faktor-faktor lain yang turut mempengauhi baik internal maupun eksternal. Oleh sebab itu, meski tetap akan memberikan pengaruh dalam pembinaan sebuah keluarga, nasab bisa saja tidak terlalu diperhatikan.

3. Carilah istri yang cantik atau menarik
     Cantik dalam arti jasmaniah; yaitu cantik wajahnya, tubuhnya, menjaga kebersihan dirinya dan sehat. Istri menjadi kebanggaan suami. Biasanya untuk mendapatkan seorang istri yang cantik harus melalui berbagai kompetisi. Memenangkan kompetisi merupakan kebanggaan tersendiri bagi suami. Ia akan merasa menjadi orang yang mempunyai kelebihan karena bisa memenangkan kompetisi tersebut. Kebanggaan itu akan menambah kepercayaan diri suami. Kepercayaan diri ini pentig karena untuk menghadapi berbagai masalah yang timbul perlu mempunyai kepercayaan diri yang kuat.
     Di samping itu, dengan mempunyai istri yang cantik dan menarik akan membuat suami betah di rumah. Hal ini akan mengurangi godaan yang ada di luar rumah. Suami akan merasa cukup dengan melihat kecantikan istrinya, ketika melihat wanita lain tidak semenarik istrinya.
     Berbeda dengan apabila mempunyai istri yang tidak canting, sedang-sedang saja, atau bahkan jelek dan tidak menarik. Apabila suami merasa istri tidak semenarik perempuan lain, ia akan lebih senang berada di luar rumah daripada di rumah. Dengan berada di luar rumah, kesempatan melihat perempuan lain yang lebih cantik semakin banyak, dan hal ini akan menambah godaan bagi suami. Jika suami tidak tahan godaan, akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya perselingkuhan.

4. Carilah calon pasangan (istri) yang kaya atau ekonominya telah mapan
    Dalam perjalanan membina sebuah keluarga, tidak terlepas dari kebutuhan ekonomi. Hal ini karena manusia membutuhkan hal-hal yang secara logika hanya bisa dicapai dengan konsep ekonomi. Membangun rumah, mencukupi kebutahan makan minum, biaya pendidikan dan lain-lain tidak lepas dari faktor ekonomi.
     Dengan kita mendapatkan calon istri yang secara ekonomi telah mapan, setidaknya itu mengurangi beban suami dalam mencukupi kebutuhan nafkah keluarga. Ketika beban suami tidak terlalu berat, perhatian terhadap keluarga akan semakin fokus. Suami bisa berperan secara optimal dalam memimpin keluarga, karena pikirannya tidak hanya tersita hanya untuk mencukupi kebutuhan ekonomi saja.
     Akan tetapi terkadang kemapanan seorang istri justru menimbulkan masalah ketika istri merasa mampu mencukupi kebutuhan diri sendiri. Dalam beberapa kasus, terjadi seorang istri tidak patuh dan berani melawan suaminya karena secara ekonomi merasa mampu mencukupi dirinya sendiri dan merasa memberikan kontribusi lebih banyak dalam hal ekonomi keluarga. Kemandirian istri ini jika tidak dibarengi dengan sifat dan karakter yang baik justru menjadi pemicu perselisihan.
     Oleh karenanya kemapanan seorang istri setidak-tidaknya harus seimbang dengan kemapanan ekonomi suami kecuali hal tersebut tidak mempengaruhi sifat dan sikap istri terhadap suami.
     Urutan (1-4) di atas, yang paling utama adalah yang nomor satu, selebihnya adalah untuk melengkapi jika kriteria nomor satu sudah terpenuhi. Artinya jika ada pilihan empat orang calon istri yang masing-masing mewakili hanya salah satu urutan di atas, pilihlah yang nomor satu. Tips mencari istri dalam Islam ini sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Nabi. Sabda Nabi :

“Wanita itu dinikahi karena 4 perkara.
Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya.
Pilihlah wanita karena (taat dalam) agamanya, niscaya engkau akan bahagia.”
(HR. Bukhari dan Muslim).


     Dalam terminologi Jawa dikenal istilah“Bibit, Bebet, Bobot”. Bibit berhubungan dengan nasab (keturunan), bebet berhubungan dengan ekonomi (harta) dan bobot adalah kualitas pribadi (cantik, pandai, intelek dll).
Tetapi kalau ada seorang wanita yang mempunyai keempat ketentuan di atas (meskipun sangat sulit) itulah ‘the perfect muslimah’, wanita yang paling ideal untuk dijadikan seorang istri.
     Hal lain yang juga perlu diperhatikan ialah kesetaraan (kufu) yaitu keseimbangan antara diri  calon suami dengan calon istrinya, baik dari segi ketaatan beragama, nasab, kecantikan/ketampanan, kekayaan, keilmuan dan lain-lain.  Kesetaraan ini akan membawa keharmonisan karena komunikasi dalam keluarga akan berjalan dengan berimbang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar