Laman

21 Agu 2012

Idul Qurban atau Idul Kurban?


Idul Adha = bahasa Arab: عيد الأضحى (di Indonesia; Hari Raya Haji, atau  Idul Qurban atau Idul Kurban).  Adalah hari raya bagi umat Islam, di samping Idul Fitri. Kedua hari raya ini disebut 'iedain (dua perayaan besar).

Qurban atau Kurban?
Penggunaan istilah Idul Qurban mengambil kata arab Taqarub=Qurban yang artinya mendekatkan diri (kepada Allah). Yaitu umat Islam di seluruh dunia pada hari itu diperintahkan untuk taqarub dengan melaksanakan ritual yang dahulu pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim.
Perintah yang diterima oleh Nabi Ibramim dari Allah adalah mengorbankan putranya Ismail untuk Allah. Allah hendak menguji ketaatan, kepatuhan, kepasrahan dan kesetiaan Ibrahim terhadap Allah. Pada detik detik terakhir ketika Nabi Ibrahim telah benar-benar berserah diri kepada Allah, dengan segenap kepatuhan dan keikhlasan tanpa ragu-ragu melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail, Allah memerintahkan untuk mengganti kurban (Ismail) dengan domba.

Peristiwa kurban tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari raya ('ied) dalam Islam. Dan umat Islam di Indonesia menisbatkan pengurbanan tersebut menjadi hari Idul Kurban. Di mana pada hari tersebut umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan shalat idul adha bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah shalat Idul Adha usai, dilakukan penyembelihan hewan kurban, sebagai mana perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.
Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah kalender Hijriah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam.
Pusat perayaan Idul Adha adalah sebuah desa kecil di Arab Saudi yang bernama Mina, dekat Mekkah. Di sini ada tiga tiang batu yang melambangkan Iblis dan harus dilempari batu oleh umat Muslim yang sedang naik Haji.
Hari Idul Adha adalah puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim.
Jadi kata Qurban ataupun Kurban, sama-sama dipakai untuk menyebut hari Idul Adha.

Penetapan Idul Adha
Bahwa bila umat Islam meyakini, bahwa pilar dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah, sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika jamaah haji di tanah suci sedang melakukan wukuf di Arafah, sebagaimana sabda Nabi saw.:
«اَلْحَجُّ عَرَفَةُ»
Ibadah haji adalah (wukuf) di Arafah. (HR at-Tirmidzi, Ibn Majah, al-Baihaqi, ad-Daruquthni, Ahmad, dan al-Hakim. Al-Hakim berkomentar, “Hadits ini sahih, sekalipun beliau berdua [Bukhari-Muslim] tidak mengeluarkannya”).
Dalam hadits yang dituturkan oleh Husain bin al-Harits al-Jadali berkata, bahwa amir Makkah pernah menyampaikan khutbah, kemudian berkata:
«عَهِدَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللهِ e أَنْ نَنْسُكَ لِلرُّؤْيَةِ فَإِنْ لَمْ نَرَهُ وَشَهِدَ شَاهِدَا عَدْلٍ نَسَكْنَا بِشَهَادَتِهِمَا»
Rasulullah saw. telah berpesan kepada kami agar kami menunaikan ibadah haji berdasarkan ru’yat (hilal Dzulhijjah). Jika kami tidak bisa menyaksikannya, kemudian ada dua saksi adil (yang menyaksikannya), maka kami harus mengerjakan manasik berdasarkan kesaksian mereka. (HR Abu Dawud, al-Baihaqi dan ad-Daruquthni. Ad-Daruquthni berkomentar, “Hadits ini isnadnya bersambung, dan sahih.”).
Hadits ini menjelaskan: Pertama, bahwa pelaksanaan ibadah haji harus didasarkan kepada hasil ru’yat hilal 1 Dzulhijjah, sehingga kapan wukuf dan Idul Adha atau Idul Qurban bisa ditetapkan. Kedua, pesan Nabi kepada amir Makkah, sebagai penguasa wilayah, tempat di mana perhelatan haji dilaksanakan, untuk melakukan ru’yat; jika tidak berhasil, maka ru’yat orang lain, yang menyatakan kesaksiannya kepada amir Makkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar